Aluk Kepercayaan Asli Toraja bagian II
kubur batu |
Sebagai agama yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun, mereka yang masih memegang teguh kepercayaan aluk todolo juga menyakini bahwa segala sesuatunya berasal dari Puang Matua atau Sang Maha Pencipta.
Menurut mereka pada mulanya segala sesuatu dicipakan oleh Puang Matua, termasuk manusia dan aluk todolo. Segalanya dimulai dari langit (alam atas). Oleh karena itu aluk todolo biasa jaga dikatakan aluk tipondok do langi’ yaitu yang dimuai atau berasal dari langit. Dalam paham aluk todolo dikatakan setelah Puang Matua menciptakan langit dan bumi, Puang Matua menginginkan keselarasan antara Ia sebagai Pencipta dan ciptaannya. Oleh karena itu diturunkanlah aluk todolo ke bumi dengan segala aturan-aturannya. Aluk yang diturunkan oleh Puang Matua disebut juga di kalangan yang berpaham aluk todolo ini adalah aluk sanda pitunna atau aluk 7.777. yang dibawa dari langit oleh Pong Mula Tau (manusia pertama).
Aturan atau hukum dalam kepercayaan aluk todolo di sebut pemali, hukum dan aturan tersebut bertujuan mengatur hubungan antara manusia dengan Puang Matua (Sang Pencipta) maupun hubungan antara manusia dengan sesama manusia. Hukum tersebut diantaranya sebagai berikut:
· Pemali urrusak Pote dibolong, artinya dilarang mengganggu upacara penguburan orang mati. Akan dikenakan hukuman sebagai perusak Pote dibolong.
· Pemali ma’ Pangan buni, artinya dilarang berzinah, hukumannya jika di dapatkan berat yaitu bisa di bakar hangus sebagai persembahan. Dikenal dengan istilah Mang rambu langisebagai ganti atas dosa perzinahan yang dilakukannya.
· Pemali urromok tananan Pasa, artinya di larang mengacau di pasar.
· Pemali unteka’ Palanduan, golongan budak dilarang menikah dengan golongan bangsawan. Bila hal tersebutterjadi maka pihak bangsawan otomatis kehilangan statusnya sebagai bangsawan.
· Pemali boko, dilarang mencuri.
· Pemali umboko sunga’na padanta to lino, artinya dilarang membunuh atau mencuri nyawa sesama manusia.
· Pemali ma’ kada penduan, artinya dilarang berdusta.
· Pemali ungkasirisan deata misanta, artinya dilarang menghianati orang tua
( durhaka)
Pemali ungkattai bubun, artinyaa dilarang buang air di sumur apalagi berak (BAB).
Pemali umbala’- bala’to mangla, artinya dilarang menyiksa anak gembala kerbau.
Pemali umbla’- bala’patuan, artinya dilarang menyiksa hewan peliharaan.
( durhaka)
Pemali ungkattai bubun, artinyaa dilarang buang air di sumur apalagi berak (BAB).
Pemali umbala’- bala’to mangla, artinya dilarang menyiksa anak gembala kerbau.
Pemali umbla’- bala’patuan, artinya dilarang menyiksa hewan peliharaan.
Hukuman atau sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran terhadap hukum tersebut tergantung dari berat tidaknya pelanggaran yang dilakukan. Misalnya pelanggaran melakukan pembunuhan sanksi terberatnya dari pihak yang keluarganya di bunuh memutuskan hubungan dengan pembunuh beserta seluruh anggota keluarganya dan keturunannya kelak. Larangan ini disebut Sisallang ( artinya tidak boleh mengadakan hubungan dan komunikasi apapun itu bentuknya) dan sumpah itu harus di indahkan oleh seluruh keturunan.
Ritus dalam Aluk Todolo
Ritus dalam kepercayaan Aluk Todolo mencakup dua ritus yang besar dan sangat berkaitan langsung dengan perjalanan hidup manusia. Kedua ritus agama tersebut adalah ritus Rambu Tuka’ dan ritus Rambu Solo’ (ritus asap mendaki dan ritus asap menurun).
· Ritus Rambu Tuka’
Inti dari ritus ini adalah syukur, syukur atas anugerah kehidupan yang melimpah, baik dalam wujud hidup manusia, tanaman, atau peternakan. Rambu Tuka’ atau disebut juga Aluk Rampe Matallo, aluk yang dilaksanakan ketika matahari masih berada di langit sebelah timur, kenapa? Ketika matahari terbit di ufuk timur, naik ke langit perlahan sambil mengusir kabut serta membuat dinding-dinding bukit menjadi terang maka inilah simbol di mulainya kehidupan dalam kepercayaan Aluk Todolo.
Penekanannya pada persembahan ke pada dewata dengan nuansa kegembiraan. Contoh dari pelaksanaan ritus Rambu Tuka’ adalah upacara mangrara Tongkonan yaitu peresmian rumah adat juga acara pernikahan.
· Ritus Rambu Solo’
Korban-korban dalam upacara rambu solo’ baik itu berupa hewan maupun harta lainnya, bagi orang Toraja khususnya yang berkeyakinan agama asli berkaitan langsung dengan pahan keselamatan yang mereka yakini. Oleh sebab itu semakin
banyak hewan yang disembelih, orang yang meninggal akan semakin mudah mencapai ponglalondongsuatu tempat dimana arwah orang yang sudah mati berkumpul. Bagi orang Toraja terutama yang masih berkeyakinan agama asli, saat meninggal mesti dibekali sesuatu sebagai bekal di perjalanan menuju keabadian.
Mengorbankan hewan dalam upacara rambu solo’ tidak terlepas dari pandangan orang Toraja yang meyakini bahwa hidup yang sesungguhnya adalah hidup di akhirat. Hidup adalah sementara, hal tersebut nampak dalam ungkapan ini :
Pa’ bongianri telino, pa’ussali- salianri lao’ri puya pa’tondokan marendeng
Artinya: “ dunia ini cuma tempat bermalam, hanya pondok sementara. Nun di paya sanalah tempat kediaman abadi.
Sedangkan pandangan hidup sesudah kematian tercermindalam syair-syair berikut ini:
Tumbara bulan dadinna : bulan manakah ia lahir
Lilinan pangidenanna : malam apakah ia terbentuk dalam rahim ibunya
Dao To mennulu sau’ : bagi dia yang tidur dengan kepala ke selatan
Sola menta’da lurekke : yang berbaring dengan kaki ke utara
Buda kinallo lalanna : banyak bekal perjalanannya
Dikki’barra’ maisona : sarat beras persiapannya
Napokinalloi lalan : sebagai bekal di perjalanan
To bombo mendeatanna : oleh jiwanya yang telah menjadi dewa
Napobokongri lambanan : sebagai persiapan dalam penyeberangan
Sau’ rumembena langi’ : ke ujung selatan langit
Ullambi’ba’ba suruga : telah mencapai pintu surga
Sola tondok Pong lalondong : tanah air Pong Lalondong
Sangtongkonanmo nene’na : telah serumah dengan leluhurnya
Sang esungan to dolona : duduk bersama dengan orang tuanya/ leluhurnya
Torro maelomo lao’ : telah berdiam dengan damai di sana
Unnesung maya-mayamo : aman sejahtera hidupnya
Natiromo Pong Lalondong : kini ia telah memandang Pong Lalondong
Sola to datu suruga : bersama raja surga
Ma’ kadami Pong Lalondong : berkatalah Pong Lalondong
Sumumi datu suruga : bertitalah raja surgawi
Buda kinallo lalanmu : amat banyaklah bekalmu
Dikki’ barra’ maisomu : amat sarat beras persiapanmu
Den mo gai’mu lumingka : sangat layaklah kamu berjalan kemari
Unnola tangana lalan : melalui perjalanan panjang
Ma’ rupa-rupa mubaa : berbagai harta kamu bawa
Dikki apa mukaloli’ : banyak harta kau ikutkan/ sertakan
Dalam kepercayaan Aluk Todolo jiwa-jiwa yang mencapai keselamatan karena membawa bekal akan memberi berkat kepada keluarga yang masih berjuang di dunia. Jiwa-jiwa orang mati yang memperhatikan keluarga yang masih berada di dunia di sebut juga bombo mendeatanna. Karena itu bila seseorang mengalami suatu kegelisahan hidup dan jauh dari ketentraman, biasanya membangun relasi dengan leluhur dengan cara mengadakan kontak dengan jiwa-jiwa yang telah pergi. Acara tersebut di sebut ma’nene’ atau juga ma’pakande Tomatua atau memberi makan atau apa saja kepada arwah leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal.
Referensi : adatku imanku, Bert.T Lembang S.S.
Komentar
Posting Komentar